Menu fetus bayi hasil aborsi di restauran taiwan

Isi Hoax:

I got this message from my friend and here I am forwarding to all of you to see some facts going on in this world. Hope u all co-operate in eradicating this evil thing, What u are going to witness here is a fact, Don't get Scared !

"It's Taiwan's hottest food..." In taiwan, dead babies or foetuses could be bought at $50 to $70 from hospitals to meet the high demand for grilled and barbecued babies

What a sad state of affairs!!


Please forward this message to as many people as u can so that it can be seen by the world and someone takes action on the same It is a thing against human race and unless we people of the world put hand to hand to eradicate this custom this will not end. Even the word impossible says i m possible.

take care


Komentar:
Pria dalam foto tersebut adalah seniman China bernama Zhu Yu, yang dengan sengaja melakukan performance untuk memprotes pemerintah China yang kurang memperhatikan performing art. Sayangnya, foto-foto itu kemudian beredar di internet dan diklaim sebagai menu makanan di restoran-restoran Taiwan.

Walaupun hasil karya yang dengan sengaja oleh seniman tersebut diklaim sebagai fetus aborsi hasil curian, namun oleh yang lain segera diidentifikasi sebagai a doll's head on a roasted duck. Yang jelas, tidak ada kebudayaan memakan bayi sebagai menu di China maupun Taiwan; bahkan oleh situs urbanlegends mengatakan:
The claim that baby or fetus eating is an accepted practice in China (or Thailand, or Japan, or Korea, or Israel, as other variants of this same rumor claim) is more or less a modernized version of an ancient legend known as "Blood Libel." It has typically taken the form of one culture accusing another (or a subculture) of ritually sacrificing infants and in some cases eating them. The Greeks accused the Jews of it, the Romans accused the Christians, Christians accused the Jews again, and so on throughout history.


Pemerintah Taiwan mengomentari hal tersebut sebagaimana berikut:
The GIO wishes to emphasize that no event of this kind has ever taken place in Taiwan, and that the serving or eating of such a dish would break an ROC law against the defiling of human corpses.

Tabloid sensasional Malaysia, Warta Perdana yang memuat hoax tersebut akhirnya meminta maaf dan mengakui berita tersebut didasarkan pada email anonymous dan tidak dapat diverifikasi

Sumber: mubi, truthorfiction, urbanlegends, breakthechain.org, 888.rockin.net
Sumber gambar: urbanlegends

Berita terkait:
~ BAIKUT - Sop Janin
~ Devil people in East Asia (Scary)

Devil people in East Asia (Scary)

Dear God's people, I am forwarding this so that it can get to a larger scope of people. Spread this around so that we may destroy the work of the devil. The world needs prayers and God's guidance to eradicate such inhuman activities. God be with you as you go through these pictures.





hope u all co-operate in eradicating this evil thing. with regards to what you are going to witness here is a fact, dont get scared!
"I'ts Japan's hottest food, in Japan dead babies or fetuses could be bought at 10000 yen to 12000 yen from hospital to meet the high demand for grilled and barbecued babies. What a sad state !!
Please forward this message to as many people as you can so that it can be seen by the world and someone takes action on the same. It is a thing that against human race and unless we people put hand to hand to eradicate this custom.
So friend hope you spread this message as far as you can

Sumber: aldehida


Berita terkait:
~ BAIKUT - Sop Janin
~ Menu fetus bayi hasil aborsi di restauran taiwan (penjelasan)

BAIKUT - Sop Janin

Cerita ini ditulis oleh seorang wartawan di Taiwan sehubungan dengan adanya gosip mengenai makanan penambah kekuatan dan stamina yang dibuatdari sari/kaldu janin manusia. ‘Healthy Soup’ yang dipercaya dapat meningkatkan stamina dan keperkasaan pria terbuat dari janin bayi manusia berumur 6 – 8 bulan dapat dibeli per porsi seharga 3000-4000 RMB (mata uang setempat). Salah seorang pengusaha pemilik pabrik di daerah Tong Wan,Taiwan mengaku sebagai pengkonsumsi tetap ‘Healthy Soup’. Sebagai hasilnya, pria berusia 62 tahun menjelaskan khasiat ‘Healthy Soup’ ini mempertahankan kemampuannya untuk dapat berhubungan seks beberapa kalidalam semalam.

Penulis diajak oleh pengusaha tersebut di atas ke salah satu restoran yang menyediakan ‘Healthy Soup’ di kota Fu San – Canton dan diperkenalkan kepada juru masak restoran tersebut. Kata sandi untuk ‘Healthy Soup’ adalah BAIKUT. Juru masak restoran menyatakan jenis makanan tersebut tidak mudah di dapat karena mereka tidak tersedia ‘ready stock’. Ditambahkan pula bahwa makanan tersebut harus disajikan secara fresh,bukan frozen. Tetapi kalau berminat, mereka menyediakan ari-ari bayi(plasenta) yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual dan juga obat awet muda. Juru masak restoran tersebut mengatakan jika memang menginginkan Healthy Soup’, dia menganjurkan untuk datang ke sebuah desa di luar kotadi mana ada sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung 8 bulan. Diceritakan pula bahwa si istri sebelumnya sudah pernah mengandung 2 kali, tetapi kedua anaknya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Jika kali ini lahirperempuan lagi, maka ‘Healthy Soup’ dapat diperoleh dalam waktu dekat.Cara pembuatan ‘Healthy Soup’, seperti yang diceritakan oleh jurnalis yang meliput kisah ini adalah sebagai berikut: Janin yang berumur beberapabulan, ditambah Pachan, Tongseng, Tongkui, Keichi, Jahe, daging ayam danBaikut, di tim selama 8 jam, setelah itu dimasak selayaknya memasak sup.Beberapa hari kemudian seorang sumber menghubungi penulis untuk memberitahukan bahwa di Thaisan ada restoran yang sudah mempunyai stok untuk ‘Healthy Soup’. Bersama sang pengusaha, penulis dan fotografer pergi ke restoran di Thaisan untuk bertemu dengan juru masak restoran tersebut yang tanpa membuang waktu langsung mengajak rombongan untuk tour ke dapur. Di atas papan potong tampak janin tak bernyawa itu tidak lebih besar dari seekor kucing. Sang juru masak menjelaskan bahwa janin tersebut baru berusia 5 bulan.

Tidak dijelaskan berapa harga belinya, yang pasti itu tergantung besar-kecil, hidup-mati janin tersebut dan sebagainya . Kali ini, harga per porsi ‘Healthy Soup’ 3,500 RMB karena stok sedang sulit untuk didapat. Sambil mempersiapkan pesanan kami, dengan terbuka juru masak tersebut menerangkan bahwa janin yang keguguran atau digugurkan, biasanya mati, dapat dibeli hanya dengan beberapa ratus RMB saja, sedang kalau dekat tanggal kelahiran dan masih hidup, bisa semahal 2.000 RMB.

Urusan bayi itu diserahkan ke restoran dalam keadaan hidup atau mati, tidak ada yg mengetahui. Setelah selesai, ‘Healthy Soup’ disajikan panas di atas meja, penulis dan fotografer tidak bernyali untuk ikut mencicipi, setelah kunjungan di dapur, sudah kehilangan semua selera makan, maka cepat-cepat meninggalkan mereka dengan alasan tidak enak badan. Menurut beberapa sumber, janin yang dikonsumsi semua adalah janin bayi perempuan. Apakah ini merupakan akibat kebijaksanaan pemerintah China untuk mewajibkan satu anak dalam satu keluarga yg berlaku sampai sekarang, atau hanya karena kegemaran orang akan makanan sehat sudah mencapai suatu kondisi yang sangat terkutuk.

Pesan:
Harap teruskan cerita ini kepada setiap orang demi menghindari penyebarluasan kebiasaan yang tak berperikemanusiaan tersebut. Sebagai manusia beragama dan berpikiran sehat, kita berkewajiban untuk
menghentikan tindakan kanibalisme dalam bentuk dan alasan apapun. Bangsa manusia adalah bangsa yang derajatnya paling tinggi dari mahluk apapun di bumi ini, dan tindakan tersebut adalah tindakan yang sesungguhnya bukan berasal dari pemikiran manusia

Regards
Norman
PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA
From: Email dari saudara norma

Sumber: Teuku Farhan Blog


Gempa di Sumatera Barat


Korban Meninggal 787, Hilang 241 Orang
Padang, (ANTARA) – Korban tewas gempa berskala 7,6 SR yang melanda wilayah Sumatera Barat, hingga Jumat (9/10) pukul 20.00 WIB tercatat 787 orang. Berdasarkan Data Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Sumbar, korban meninggal dunia tersebar di delapan kabupaten dan kota di Sumbar, yakni Kota Padang 312 jiwa, Kabupaten Padang Pariaman 341 jiwa.

Di Kota Pariaman 37 jiwa, Kabupaten Pesisir Selatan sembilan jiwa, Kabupaten Solok dua jiwa, Kota Solok tiga jiwa, Kabupaten Pasaman Barat tiga jiwa dan Kabupaten Agam 80 jiwa.

Sementara korban yang dilaporkan masih hilang sejumlah 241 orang, dengan rincian 237 di Padang Pariaman dan empat di Padang, sedangkan korban yang mengalami luka berat total 883 orang dan luka ringan 1.366 orang. Serta mengungsi 410 orang.

Data itu juga melansir bangunan rumah penduduk yang rusak berat/hancur lebur mencapai 124.430 unit, rusak sedang 61.139 unit dan rusak ringan 63.997 unit.

Gempa juga merusak fasilitas pendidikan sehingga 1.384 unit rusak berat dengan rincian di Padang 919 unit, di Padang Pariaman 257 unit dan di Agam 114 unit. Fasilitas pendidikan rusak sedang 1.018 dan rusak ringan 744.

Sarana kesehatan yang rusak berat 55, yang rusak sedang 35 dan rusak ringan 32. Kemudian 241 kantor rusak berat, 82 rusak sedang dan 73 rusak ringan. sarana jalan yang rusak berat 168, yang rusak sedang 65 dan rusak ringan 26. Kemudian jembatan rusak berat 16 unit, 28 rusak sedang dan lima rusak ringan.

Sementara sarana irigasi yang rusak berat 40, yang rusak sedang 24 dan rusak ringan 22. Kemudian fasum lainnya seperti rumah ibadah rusak berat 1.214, rusak sedang 569 dan 3 71 rusak ringan. Dan Pasar yang rusak berat 37 unit, 22 unit rusak sedang dan 22 unit rusak ringan. (antara-sumbar.com)

Kerugian Sementara Akibat Gempa di Sumbar Rp2,185 T
Padang,(ANTARA) - Data sementara kerugian korban gempa di Sumbar yang dirilis Satkorlak Sumbar pada Jum'at (9/10) hingga pukul 20.00 WIB sebanyak RP.2,1 Triliun atau rincincinya sebanyak Rp2,185.521.400.000. (non/wij)

Berikut data kerugian dari enam Kabupaten Kota yang baru didata Satkorlak PB Sumbar :

1.Kota Pariaman Rp1.125.000.000.000
2.Kota Padang Panjang Rp.27.849.000.000
3.Kabupaten Agam Rp.460.000.000.000
4.Kabupaten Solok Rp.49.167.000.000
5.Kabupaten Pasaman Barat Rp.265.790.400.000
6.Kabupaten Pesisir Selatan Rp.257.715.000.000

187 Lembaga Internasional Turut Berikan Bantuan Kemanusiaan di Sumbar
Pasca gempa Sumbar yang menyebabkan ratusan orang tewas dan kerusakan parah pada sejumlah infrastruktur, telah menggugah rasa kemanusiaan dari banyak pihak, termasuk dari luar negeri.

Perhatian yang diberikan dunia internasional pada dampak gempa di Sumbar sangat besar. Hingga Jum’at (09/10), 187 lembaga internasional telah terdaftar di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Sumbar untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Relawan asing ini memberikan beragam bantuan, mulai dari membantu TNI/Polri dan relawan lokal dalam proses evakuasi korban yang terhimpit di reruntuhan gedung hingga membawa bantuan logistik, tenda, penyediaan air bersih bagi pengungsi dan lainnya.
Lembaga internasional yang telah memberikan bantuan kemanusiaan bagi gempa Sumbar adalah : IOM, HOPE Indonesia, JICA, AusAID & EMA, USAR, Military Australia, UNFPA, HK Logistics, USAID, HA & US Embassy OFDA, US Military, ECHO, UNDP, INSARAG Swiss, MMC Hospital, IHH Turkey, CWS, UNOCHA, DFID UK, SAR UK, Rapid UK, World Vision Indonesia, Canadian Red Cross, Hungary SAR, UNDAC, UNESCO, Habitat for Humanitary International, Amurt, Singapore, HUSAR France, ISAR Germany, SAR Malaysia, PLAN International, Johanniter International Assistance, ACF, Mercy Corps, WHO, Surf Aid International, Island Aid, Dompet Dhuafa Hongkong, Dompet Dhuafa Australia, Malteser Germany, Caritas Switzerland, Adra Indonesia, FH, Swiber Holding Ltd, ACTED Indonesia, FAO, UAE, NRS Korea, Mercy Relief Singapore, Mercy Malaysia, AMDA Indonesia, Handicap International, GEA SAR Turkey, WFP, Qatar Charity, Eemergency Architects, Buddha Tzu Chi, IMC, Americares Foundation, Organizations of Islamic Countries, Hilfswerk Austria, Medecins du Monde, ASB Deutschland, NICCO Japan, Peace Winds Japan, Islamic Relief, KNH, Sheikh Eld Al Thani Qatar, Government of Canada, THW Germany, HIVOS Netherland, UN DSS, SARAID UK, Terre de hommes Germany, ARMY Malaysia, Japan Rescue Association, Oxfam GB, World Vision Hongkong, Trest Aid, APPUI France, Muslim Aid, Global Medic, French Red Cross, IFRC, YMCA, Qatar, HCR, HELP e.V, Arche Nova Germany, Insaf HRM, AWO International, MSF-B, Trocaire, Catholic Relief Services, VJM Charities Germany, OPPUK, Lutheran World Relief, Yakkum Emergency Unit, CDRM & CDS HKBP Nomersent, US Air Force, CAFOD UK, Action aid, ADRC Japan, GSCF France, World Bank, Secours Islam Ique France, Spanish Agency for International Cooperation, Deniz Feneri Turkey, British Red Cross, WSPA Thailand, AAI, ICRWRC, Japan Red Cross, Concern Worldwide, DMDI, GSAB Malaysia, Aman Malaysia, Troppodoc, Minang Saiyo Australia, Intersos Italy, Humanitarian Forum Indonesia, People Ineed Czech Rep, Child Fund Indonesia, American Red Cross, GTZ, International SOS, Christian Aid, Amurtel, ZAIP, UMCOR, Menonite Central Committee, German Red Cross, Cord Aid, Relief International, MTI, Medical Team International, GOAL, IRD, Samaritans Purse, BURM, IRSAD, BBN Logistics, MSF Spain, Merlin, First Response Indonesia, JHPiego, Belgium, Terre de hommes Italy, Helping hands foundation, Hungary Medical Unit, Swiss Red Cross, ACT International, Combine, Spanish Agency for International Cooperation, IBU Foundation, Caritas, Belgian Embassy, New Zealand Embassy, US Navy, Medair International, Sheep Indonesia, Global Medic, Water Missions International, JEN, Salam Relief Malaysia, Shelter Box UK, Good neighboors, The Military of Health Turkey, BFAST, OIC, Government of Malaysia, Global Aid Network, Netherland Red Cross, Syria, Heus Italianna, Asian Muslim Action Network, LPWAL, SA-RRT Austria dan Self Defense Forces Japan.
Para relawan asing ini telah berada di Sumbar sejak H+1 pasca gempa. Saat ini, sebagian besar dari relawan asing telah meninggalkan Padang, namun sebagian lainnya masih berada di sejumlah lokasi yang terkena dampak bencana untuk membantu para korban ataupun dalam menangani pengungsi.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Satkorlak PB memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan kemanusiaan yang telah diberikan oleh para relawan asing dalam membantu penanganan pasca gempa di Sumbar.

sumber : SUMBARPROV.go.id

Terapi Bagi Individu dengan Autisme

Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif?
Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka.

Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.

Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya.
  • Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.
  • Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime.
  • TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children).
  • Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).
  • Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.
  • Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya.
  • Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya.
  • Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT).
Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengkontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat.
Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya.

Sumber : Wikipedia

Penanganan Autisme di Indonesia

Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia diantaranya adalah:
  1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri.
  2. Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia.
  3. Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.
  4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi.
  5. Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia.
Sumber : Wikipedia

Gejala Autisme

Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.
Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
  1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
  2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
  3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
  4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
  5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
  1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
  2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
  3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
  4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
  5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu
Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.

Sumber : Wikipedia

Autisme

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
  • interaksi sosial,
  • komunikasi (bahasa dan bicara),
  • perilaku-emosi dan
  • pola bermain,
  • gangguan sensoris, dan
  • perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme dalam Data Statistical Manual R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
  1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
  2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
  3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
  4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
  5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Diagnosa Perpasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.


Sumber : Wikipedia

Story Of Junko Furuta

Junko Furuta : Gadis yang disekap, disiksa dan diperkosa selama 44 hari




November 1988, cowok a (18 tahun), cowok b (jo kamisaku umur 17, kamisaku adalah nama keluarga yang dia ambil setelah keluar dari penjara), cowok c (umur 16),dan cowok d (umur 17) dari Tokyo menculik dan menyekap furuta, siswi kelas 2 smu dari saitama selama 44 hari. Mereka menjadikan dia tahanan di rumah yang dimiliki orang tua cowok c.

Untuk menghindari pengejaran polisi, cowok a memaksa furuta untuk menelepon orangtuanya dan menyuruhnya mengatakan kalau dia kabur dari rumah, dengan temannya, dan tidak berada dalam bahaya. Bahkan cowok a membuat furuta berpose sebagai pacar dari salah satu cowok – cowok itu ketika orangtua c, pemilik rumah sedang ada dirumah tersebut. Kalau mereka sudah yakin orang tua c tidak akan telepon polisi, mereka pun menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba kabur berkali – kali, memohon pada orang tua c untuk menyelamatkan dia, tapi mereka tidak melakukan apa-apa meskipun mereka tahu kalau selama ini furuta disiksa, karena mereka takut kalau cowok a akan menyiksa mereka. Cowok a saat itu adalah pemimpin yakuza kelas rendah dan telah mengancam siapapun yang ikut campur akan dibunuh.

Menurut kesaksian para cowok itu di persidangan, mereka berempat memperkosa furuta, memukulinya, memasukan macam-macam ke dalam vaginanya termasuk tongkat besi, membuatnya minum urinya sendiri dan makan kecoak, memasukan petasan ke dalam anusnya dan meledakanya, memaksa furuta untuk masturbasi, memotong puting dengan tang, menjatuhkan barbell ke perutnya, dan membakarnya dengan rokok dan korek api (salah satu dari pembakaran itu adalah hukuman karena dia berusaha menelepon polisi). Pada sebuah titik luka furuta sangat parah hingga menurut salah satu cowok itu, furuta membutuhkan waktu satu jam lebih untuk merangkak turun tangga untuk menggunakan kamar mandi. Mereka bahkan mengatakan kemungkinan kalau 100 orang tahu kalau mereka menahan furuta di rumah tersebut, tapi hal ini tidak jelas artinya apa 100 orang itu hanya tahu atau mereka ikut memperkosa dan menyiksa juga saat berkunjung ke rumah tersebut. Cowok-cowok itu menolak membiarkan furuta pergi, walau furuta seringkali memohon pada mereka untuk membunuhnya saja dan menyudahi penderitaan tersebut.

Pada January 4, 1989, dengan menggunakan alasan kekalahan salah seorang cowok itu bermain mahyong, keempat cowok itu memukuli furuta dengan barbell besi, menuang cairan korek api ke kakinya, tanganya, perutnya, dan mukanya, dan lalu membakarnya. Dia meninggal tak lama kemudian pada hari itu. Keempat cowok itu menyatakan kalau mereka tidak menyadari betapa parah luka yang dialami furuta, dan mereka percaya kalau furuta hanya berpura2 mati.

Para membunuh itu menyembunyikan mayatnya di drum 55 galon dan memenuhinya dengan semen. Mereka membuang drum tersebut di koto, Tokyo.

Penahanan dan hukuman

Para cowok itu ditangkap dan disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena jepang menangani kejahatan yang dilakukan oleh yang masih dibawah umur, identitas mereka disembunyikan oleh persidangan. Tapi bagaimanapun juga, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama shukan bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan “hak asasi tidak dibutuhkan oleh penjahat biadab”. Mereka juga menerbitkan Nama asli furuta dan detail tentang kehidupan pribadinya. Kamisaku dituntut sebagai pemimpin para cowok itu, (entah benar atau tidaknya) menurut persidangan.

Keempat cowok itu diberi keringanan dengan dinyatakanya bersalah dalam tuntutan “membuat luka fisik yang menyebabkan kematian”, dibandingkan tuntutan pembunuhan. Orang tua cowok a menjual rumah mereka dengan harga maksimum 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga furuta.

Untuk partisipasinya di kejahatan ini, kamisaku harus menjalani 8 tahun di penjara anak-anak sebelum dia dibebaskan di bulan agustus 1999. di bulan juli 2004, kamisaku ditangkap karena mencelakai seorang kenalan, yang dia pikir membuat pacarnya menjauhi dia, dan dengan bangga membanggakan tentang keluarganya sebelum mencelakai kenala itu. Kamisaku dihukum 7 tahun dengan tuntutan memukuli.

orangtua junko furuta terkejut dengan kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuanya, dan bergabung dengan grup masyarakat melawan orangtua cowok c yang rumahnya dijadikan tempat menyekap. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut yang didapat dari tubuh itu tidak cocok dengan para cowok-cowo yang ditangkap), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak membantu mereka lagi karena merasa tidak ada bukti berati tidak ada kasus atau dakwaan. Ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut mukulin furuta.

Satu dari yang paling menggangu dari kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh furuta sekarang bebas. Setelah membuat junko furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas sekarang.
Semua hal menakutkan setengah mati ini dilakukan pada junko furuta dan dikumpulkan melalui sidang di jepang dan blogs dari 1989. mereka menunjukan kalau sakit yang dialami junko furuta harus dialami bertubi-tubi sebelum akhirnya dia meninggal. Semua ini terjadi denganya sewaktu dia masih hidup, memang sangat mengganggu tapi inilah kenyataanya.
Semua yang terjadi:

Hari 1: 22 november 1988: penculikan
Dikurung sebagai tahanan dirumah, dan dipaksa berpose sebagai pacar salah satu cowok
Diperkosa(lebih dari 400 kali totalnya)
Dipaksa tlp orangtuanya dan mengatakan kalau dia kabur dan situasi aman
Kelaparan dan kekurangan gizi
Diberi makan kecoak dan minum kencing
Dipaksa masturbasi
Dipaksa striptease didepan banyak orang
Dibakar dengan korek api
Memasukan macam-macam (berbagai benda) ke vagina dan anusnya

Hari 11: 1 desember 1988: menderita luka pukulan keras yang tak terhitung berapa kali
Muka terluka karena jatuh dari tempat tinggi ke permukaan keras
Tangan diikat ke langit langit dan badanya digunakan sebagai (samsak) sarana untuk ditinju
Hidungnya dipenuhi sangat banyak darah sehingga dia Cuma bias bernafas lewat mulut
Barbell dijatuhin ke perutnya
Muntah darah ketika minum air(lambungnya sudahtidak bisa menerima air)
Mencoba kabur dan dihukum dengan sundutan rokok di tangan
Cairan seperti bensin dituang ke telapak kaki, dan betis hingga paha lalu dibakar
Botol dipaksa masuk ke anusnya, sampe masuk, menyebabkan luka.

Hari 20: 10 desember 1989: tidak bisa jalan dengan baik karena luka bakar dikaki
Dipukuli dengan tongkat bamboo
Petasan dimasukin ke anus, lalu disulut
Tangan di penyet (dipukul supaya gepeng) dengan sesuatu yang berat dan kukunya pecah
Dipukulin dengan tongkat dan bola golf
Memasukan roko ke dalam vagina (atau mungkin maksudnya dijadiin asbak, dimatiin di vagina dan abunya dibuang ke dalam)
Dipukulin dengan tongkat besi
Saat itu musim dingin bersalju (dingin pasti minus) disuruh tidur di balkon
Tusuk sate dimasukin ke dalam vagina dan anus menyebabkan pendarahan

Hari 30: cairan lilin panas diteteskan ke mukanya
Lapisan mata dibakar korek api
Dadanya ditusuk-tusuk jarum
Puting kiri dihancurkan dan dipotong dengan tang
Bola lampu panas dimasukan kedalam vagina
Luka berat di vagina karena dimasukin gunting
Tidak bisa buang air dengan normal
Luka sangat parah hingga membutuhkan sejam merangkak turun tangga saja untuk menggunakan kamar mandi
Gendang telinga rusak parah
Ukuran otak menciut sangat sangat banyak

Hari 40: memohon kepada para penyiksa untuk membunuhnya saja dan menyelesaikannya

1 january 1989: junko tidak bisa bangun dari lantai karena tubuhnya dimutilasi

hari ke 44: para cowok itu menyiksa badanya yang termutilasi dengan barbell besi, dengan menggunakan alasan kalah main mahyong. Furuta mengalami pendarahan di hidung dan mulut. Mereka menyiram mukanya dan matanya dengan cairan lilin yang dibakar.

Lalu cairan korek api dituang ke kaki tangan muka, perut dan dibakar. Penyiksaan terakhir ini berlangsung sekitar 2 jam nonstop.

Junko furuta meninggal hari itu dalam rasa nyeri sakit dan sendirian.
Kisah dari tahun 1989 ini nyata
Ini nama nama pemerkosa Junko Furuta :



Boy A : Hiroshi Miyano (+/- 39 tahun)
Boy B: Yuzuru Ogura (setelah lepas penjara mengganti nama menjadi Jo Kamisaku) (+/- 38 tahun)
Boy C: Nobuharu Minato (+/- 37 tahun)
Boy D: Yasushi Watanabe (+/- 38 tahun)


Lihat Videonya (facebook):

1. Junko Furuta's Final Day :

This is the final moment of Junko Furuta before she dies.
After 44 days of torture and suffering, her life finally ends.
When she is dying, she is saying, "Ganbare", which means in English, "Hang in there."
2:58 to the end is heartbreaking.
This clip was uploaded to give you a grasp of what had really happened, and it can change your perspective entirely.

Rest in Eternal Peace,
Junko Furuta
1973-1989

2. Junko Furuta's Beating :
The severity of Junko Furuta's beating lead to this.She was used as a punching bag for 44 days, punched, kicked, and beated with objects such as metal bars and golf clubs (this is never shown in the movie). She begged her killers to kill her and end her suffering.
This clip was uploaded to give you a grasp of what had really happened, and it can change your perspective entirely.

3. Junko Furuta Leg Burning :
From the movie
Remember, this was done to her in real life.




Wikipedia: Murder of Junko Furuta
Facebook: In Memory of Junko Furuta: The Girl Who Went through 44 days of Torture


Jika Si Kecil Tidak Mau Sekolah

Jakarta, Orang tua akan merasa stres jika mendengar anaknya benci ke sekolah dan tidak mau sekolah lagi. Cara untuk membujuknya adalah bukan dengan memarahi atau membentaknya, melainkan cari tahu apa penyebabnya dan ajaklah si kecil bicara secara baik-baik.

Mungkin hampir sebagian besar anak pernah merasakan benci untuk datang ke sekolah, namun biasanya perasaan tersebut tidak berlangsung lama. Sekolah adalah salah satu tempat dimana seseorang bisa mendapatkan pendidikan, teman dan mengembangkan kemampuan untuk bersosialisai dengan sesama.

Anak yang tidak mau sekolah bisa saja karena anak merasa takut atau stres untuk datang ke sekolah, hal ini akan berefek ke tubuh si anak. Anak yang stres tentang sekolahnya akan memicu timbulnya sakit kepala atau sakit pada bagian pencernaannya.

Memiliki masalah dengan waktu tidurnya juga merupakan salah satu tanda dari stres. Jika anak tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk tidur, maka anak akan suka marah-marah dan menjadi cepat lelah sepanjang hari. Perasaan tersebut bisa membuat anak merasa tidak betah atau memperburuk keadannya di sekolah.

Selain stres ada banyak penyebab mengapa anak tidak mau sekolah, bisa saja karena adanya kekerasan dalam sekolah, tidak suka dengan salah satu temannya, bermasalah dengan guru, merasa berbeda dengan anak-anak yang lain dan mungkin hanya mempunyai teman yang sedikit. Kadang penyebab lainnya adalah berhubungan dengan tugas sekolah, yang terlalu mudah sehingga merasa bosan atau bahkan terlalu susah yang membuat anak merasa tidak lebih pintar dibandingkan dengan teman-temannya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat anak semangat kembali ke sekolah, seperti dikutip dari Kidshealth, Kamis (27/8/2009):


  1. Ajaklah anak bicara secara baik-baik tentang masalah yang dihadapi di sekolahnya. Anak bisa berbicara dengan orang tua, teman atau guru yang dipercaya sehingga bisa membuatnya merasa lebih baik.
  2. Biasakan anak untuk selalu menulis apapun yang terjadi atau perasaannya dalam sebuah diari. Hal ini bagus bagi anak yang tidak ingin berbagi dengan siapapun, karena bisa membantu mengeluarkan segala emosi yang dipendamnya.
  3. Jika bermasalah dengan pelajaran di sekolah, mintalah bantuan guru di sekolah atau guru privat untuk memberinya tambahan pelajaran. Jangan biarkan hal ini berlangsung terlalu lama, karena lebih mudah untuk mengejar ketinggalan satu bab pelajaran dibandingkan dengan satu buku pelajaran.
  4. Biasakan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan sang anak untuk ke sekolah sejak malam harinya, sehingga saat pagi hari anak tidak merasa stres atau terburu-buru yang membuatnya malas untuk pergi ke sekolah.
  5. Ajaklah anak untuk menulis apa yang tidak disukai di sekolah dan apa yang dsukai di sekolah (meskipun mungkin hanya saat istirahat saja). Lalu cari solusi bersama-sama untuk mengatasi hal-hal yang tidak disukai anak di sekolah.

Memang tidak mudah untuk mengubah semua yang tidak disukai anak di sekolah secara langsung. Tapi dengan mengetahui apa penyebab anak tidak mau sekolah, orang tua bisa memperkirakan bagaimana jalan keluar yang terbaik untuk sang anak sehingga mau kembali lagi ke sekolah.

Untuk itu, cari tahulah apa penyebabnya dan jangan pernah memarahi atau membentak sang anak. Karena hal ini akan membuat anak merasa semakin tidak nyaman dan tidak mau menceritakan masalah yang sedang dihadapinya.


Vera Farah Bararah - detikHealth

Memilih Pengasuh Yang Bisa Dipercaya

Jakarta, Bagi wanita yang memiliki anak dan pekerjaan, pasti membutuhkan jasa pengasuh untuk membantunya mengurus sang anak. Tapi tidak mudah mencari pengasuh yang bisa dipercaya. Untuk itu pintar-pintarlah dalam memilih pengasuh untuk anak.

Saat ini susah untuk bisa mendapatkan pengasuh yang benar dan bisa dipercaya. Karena banyaknya kasus penculikan anak-anak serta kekerasan yang dilakukan oleh pengasuh terhadap anak di rumah saat orang tuanya tidak ada.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua sebelum memilih pengasuh untuk anaknya. Berikut adalah tips memilih pengasuh yang dapat dipercaya, seperti dikutip dari Childcare, Senin 31/8/2009):


  1. Carilah pengasuh dari tempat yang Anda ketahui. Bisa dengan bertanya pada teman atau keluarga yang menggunakan jasa pengasuh, penting untuk mendapatkan referensi yang bagus. Pengasuh yang berasal dekat dengan rumah memiliki keuntungan untuk bisa mengetahui tentang asal usul pengasuh tersebut, jangan lupa untuk mencari tahu apakah pengasuh pernah memiliki masalah sebelumnya.
  2. Ajukan beberapa pertanyaan kepada pengasuh dan lihat bagaimana caranya berinteraksi dengan anak. Cara berinteraksi ini menunjukkan seberapa besar kecintaan orang tersebut terhadap anak-anak. Pertanyaan yang diajukan mengenai seberapa besar pengetahuannya mengenai anak-anak, pengalamannya dengan anak serta tanyakan mengenai kebiasaannya.
  3. Diskusikan mengenai peraturan di rumah dan tinggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi jika ada keadaan darurat. Beritahu mengenai peraturan yang ada di rumah dan mengenai kondisi anak jika memiliki alergi ataupun kondisi kesehatan tertentu.
  4. Telepon rumah untuk mengetahui kondisi anak dan pengasuhnya. Terutama saat jam makan dan jam tidur siang sang anak. Jika anak memang memiliki kesulitan untuk tidur siang, berikan beberapa cara yang biasa digunakan untuk membujuknya agar mau untuk tidur siang.
  5. Saat tiba di rumah tanyakan kepada pengasuh apa saja yang sudah dilakukan anaknya. Pilihlah pengasuh yang sudah mengetahui bagaimana cara mengatasi keadaan darurat sehingga orang tua merasa nyaman dan aman meninggalkan anak dengan pengasuhnya.
  6. Jangan memilih pengasuh yang terlalu muda. Pengasuh yang berusia belasan tahun, masih memiliki emosi yang labil serta biasanya belum berpengalaman dalam mengurus anak. Pilihlah pengasuh yang sudah agak tua sehingga lebih berpengalaman.

Karakteristik dan watak seorang anak dibentuk sejak masih anak-anak dan tergantung bagaimana anak tersebut diasuh. Jika salah dalam mengasuh sejak awal, maka kemungkinan anak tersebut akan memiliki sikap yang tidak baik. Untuk itulah pentingnya memilih pengasuh yang benar dan bisa dipercaya.


Vera Farah Bararah - detikHealth

6 Bulan, Angka Kriminal Anak di Bawah Umur Tinggi

Surabaya - Angka kriminalitas yang dilakukan anak-anak di wilayah Kecamatan Kenjeran tergolong tinggi di Surabaya bagian timur. Selama 6 bulan telah tercatat 23 kasus pencurian dan kriminalitas lainnya melibatkan anak-anak.

Kategori anak-anak menurut UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002 adalah seorang pria/wanita sejak di dalam kandungan hingga sebelum usia 18 tahun. Artinya siapa pun yang belum berusia 18 tahun dikategorikan sebagai anak-anak.

Sejak bulan Maret hingga Agustus 2009 di Kecamatan Kenjeran terjadi 12 kasus dengan 23 tersangka. Tersangka termuda berusia 13 tahun dan tertua berusia 17 tahun.

Angka kriminalitas yang menyebabkan anak-anak ini mendekam di penjara yakni pencurian sebanyak 14 tersangka karena melakukan pencurian dengan pemberatan, 1 tersangka kasus pencurian biasa. Kemudian 3 tersangka kasus pencurian dengan kekerasan, 2 tersangka kasus pemerkosaan atau asusila dan 3 tersangka kasus perjudian.

"Kasus yang melibatkan anak-anak sebagai tersangka memang tinggi di wilayah Kenjeran," kata Kapolsek Kenjeran, AKP Sayen Victor Tarigan saat ditemui detiksurabaya.com di Mapolsek Kenjeran, Jalan Nambangan, Selasa (1/9/2009).

Sayen menjelaskan, tersangka ini sebagian tertangkap petugas kepolisian yang sedang bertugas dan sebagian lagi ditangkap warga sekitar atau dilaporkan oleh keluarga korban. Tentu saja, tahanan bagi usia di bawah umur ditempatkan pada sel khusus untuk anak.

(stv/fat)

Steven Lenakoly - detikSurabaya

Menaklukkan Anak Pembangkang

Jakarta, Orangtua kadang suka sangat kesal jika sang anak tidak mau menuruti kata-katanya atau membangkang. Anak yang membangkang biasanya merupakan bentuk dari kebebasannya serta untuk mengembangkan identitasnya. Anak yang membangkang tidak bisa dilawan dengan kekerasan, tapi harus dengan cara yang lembut dan sabar.

Untuk bisa memahami kebiasaan dari si anak, orangtua memerlukan cara untuk memberikan respons yang benar. Anak yang memiliki masalah dengan kelakuannya khususnya membangkang, bisa jadi sulit untuk ditangani, karena anak-anak sering memberikan argumen dan reaksi emosional yang keras kepada orang tuanya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk menangani anak yang membangkang, seperti dikutip dari eHow, Kamis (24/9/2009):

  1. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
  2. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan bahwa "Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita akan berbicara kembali setelah merasa tenang".
  3. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah, orangtua bisa mengatakan "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".
  4. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai orangtua dan anak itu sendiri.
  5. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai hal-hal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
  6. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.
  7. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.

Vera Farah Bararah - detikHealth

Anak Sering Makan Permen dan Coklat Bisa Picu Kekerasan?

Jakarta, Anak-anak yang suka mengonsumsi makanan manis dan coklat setiap hari, berdasarkan penelitian di Inggris saat dewasanya lebih sering melakukan kekerasan dibanding anak yang jarang mengonsumsi makanan manis.

Penelitian ini dilakukan oleh Cardiff University yang melibatkan 17.500 partisipan. Didapatkan hasil, anak usia 10 tahun yang setiap hari mengonsumsi makanan manis secara signifikan akan melakukan kekerasan pada usia 34 tahun.

Para peneliti mendapat data sekitar 69 persen dari 17.500 orang melakukan kekerasan pada usia 34 tahun, dimana orang tersebut selalu makan permen dan coklat setiap harinya saat masih kanak-kanak.

Hubungan antara mengonsumsi gula dan sifat agresif atau melakukan kekerasan saat dewasa tentunya juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti perilaku pengasuhan anak, daerah tempat anak tersebut tinggal, tidak mendapat pendidikan setelah berusia 16 tahun serta pengaruh teman-temannya.

Para ahli memberikan penjelasan mengenai hubungan ini bahwa permen atau makanan manis bisa menyebabkan seseorang mengalami kecanduan terhadap adiksi tertentu, sehingga mempengaruhi sikapnya saat dewasa. Penelitian ini dilaporkan dalam British Journal of Psychiatry.

"Orangtua biasanya memberikan anak-anaknya permen dan coklat secara teratur untuk menghentikan anak-anak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Penundaan pemuasan tersebut akan mendorong ke arah perilaku lebih impulsif yang berhubungan dengan kenakalan," ujar Ketua peneliti Dr Simon Moore, seperti dikutip dari BBC, Kamis (1/10/2009).

Namun untuk membenarkan hasil penelitian ini masih harus dilakukan penelitian yang lebih dalam lagi, sehingga bisa mengetahui apakah ada zat tertentu yang bisa menjadi pemicu. Hasil ini juga menjadi kontroversi, karena produsen makanan dan minuman hanya menganggap hal ini adalah omong kosong belaka.

Benar atau tidaknya hasil penelitian ini, sebaiknya orangtua jangan terlalu sering memberikan anaknya permen atau coklat. Karena selain diduga memicu kekerasan saat dewasa juga bisa merusak gigi si anak itu sendiri.


Vera Farah Bararah - detikHealth

Risiko Anak Kecil Bekerja

Dunia anak-anak adalah bermain. Jika sejak usia SD sudah bekerja, dikhawatirkan mereka akan tumbuh menjadi remaja nakal. Mereka rentan berkelahi dan kabur dari rumah.

Anggapan bahwa anak-anak di negara Barat lebih mandiri dan tidak manja tidak sepenuhnya keliru. Manakala banyak anak-anak Indonesia dari keluarga mampu yang terbiasa hidup dengan bantuan pembantu sejak kecil, anak-anak kecil di negara-negara Barat banyak yang sudah berpikir untuk bekerja.

Ambil contoh di Amerika Serikat, fenomena anak usia SD yang bekerja sampingan memang bukan hal baru dan hal ini dianggap sebagai upaya menempa kemandirian sejak dini. "Pekerjaan" yang mereka jalani di antaranya menjadi pengasuh bayi atau pengantar koran (loper). Akan tetapi, di balik niat menggembleng mental dan kemandirian tersebut, terselip kekhawatiran akan dampak negatif pada masa depannya.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti asal Negeri Paman Sam itu mengungkapkan, anak yang kerap diberi beban pekerjaan berlebih berpeluang tumbuh menjadi remaja nakal. Peneliti juga mendapati kecenderungan lebih tinggi bagi anak-anak tersebut untuk terpapar perilaku merokok, minum alkohol, dan suka berkelahi.

Rajeev Ramchand, seorang ilmuwan bidang perilaku dari Rand Corp, mengungkapkan, hasil penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa beban kerja berlebih berpengaruh langsung terhadap masalah tersebut.

"Dalam hal ini, kami lebih mengarahkan pada pertanyaan tentang nilai pekerjaannya itu," ujar Ramchand yang ikut terlibat menulis laporan penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine itu.

"Kami paham bahwa bekerja bisa membuahkan hal positif, tapi jangan lupa bahwa saat bekerja anak-anak itu juga terpapar hal-hal yang lebih buruk," imbuhnya.

Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa anakanak yang beranjak remaja yang bekerja cenderung lebih sering melakukan tindakan yang membahayakan orang lain (abuse) sehingga terserempet masalah hukum.

Ini merupakan studi pertama yang menganalisis fenomena anak-anak yang bekerja. Data penelitian didasarkan pada survei yang dilakukan terhadap 5.147 anak usia kelas 5 SD beserta orangtuanya yang tinggal di Birmingham, Houston, dan Los Angeles, Amerika Serikat. Penelitian dilakukan selama kurun 2004-2006.

Setelah melakukan pencocokan data statistik terhadap beberapa faktor seperti penghasilan keluarga, peneliti mendapati bahwa dalam sebulan terakhir kecenderungan menenggak alkohol pada anak-anak usia kelas lima SD yang bekerja jumlahnya dua kali lipat dibanding teman sebayanya yang tidak bekerja. Demikian halnya kecenderungan merokok dan penyalahgunaan ganja, angkanya dua dan tiga kali lebih tinggi.

Selain itu, anak yang bekerja juga memiliki 1,5 kali lipat kecenderungan untuk berkelahi dan dua kali lipat kasus kabur dari rumah. Adapun "pekerjaan" yang dimaksudkan peneliti adalah yang diberi upah (dibayar) seperti tukang kebun, pengantar permen ke rumah-rumah, dan pengasuh bayi.

Sekitar satu dari lima anak usia kelas lima SD mengaku punya pekerjaan sampingan tersebut. Lantas, bagaimana sebuah pekerjaan justru bisa mendatangkan masalah? "Kemungkinan hal tersebut disebabkan orangtua berhenti mengawasi anaknya saat mereka bekerja," ujar Ramchand.

"Orangtua harus konsisten memantau apa yang dilakukan anak-anaknya. Tanya dan diskusikan tentang apa saja yang mereka lakukan saat bekerja," sebutnya.

Kendati demikian, seorang pemerhati anak dari Universitas California, Los Angeles, Frederick Zimmerman, berpendapat orangtua tak perlu merasa resah atau panik mendengar hasil penelitian tersebut.

"Jutaan orangtua dan anak-anaknya yang sudah duduk di bangku sekolah mendapati bahwa pekerjaan informal merupakan salah satu aspek positif dan produktif dalam proses tumbuh kembang menuju dewasa," ujarnya. "Tak perlu terlalu dirisaukan," tandasnya.

Akan tetapi, lanjutnya, beberapa hal dalam hasil penelitian tersebut tak urung membuatnya khawatir, terutama temuan bahwa pekerjaan informal itu sendiri memiliki dampak penyimpangan perilaku pada anak usia kelas lima SD tersebut. Secara umum, Zimmerman berpendapat, studi tersebut cukup informatif dan mengupas informasi baru.

"Selama ini kami hanya mengetahui sedikit tentang anak-anak dan pekerjaan, terutama pekerjaan informal. Temuan ini bagus dijadikan bahan diskusi atau penelitian lebih lanjut," komentar dia.

Lantas, bagaimana dengan di Indonesia? Anak kecil bekerja bukanlah sesuatu yang lazim.Ratarata orang Indonesia baru mulai berpikir mencari pekerjaan dan tambahan uang saku saat duduk di bangku kuliah. Demikian halnya fenomena anak kurang mampu dan anak jalanan yang sudah harus bekerja sejak kecil demi menafkahi hidupnya juga masih mengundang keprihatinan.

Bagi anak-anak yang sudah duduk di bangku sekolah, sekolah merupakan salah satu lingkungan terpenting yang dapat mempengaruhi kehidupan anak. Bagaimana dan seperti apa kehidupan dan pergaulan anak di sekolah akan mempengaruhi kehidupan mereka yang akan datang. Untuk itu, tugas mulai untuk mebesarkan anak yang sehat dan bermoral baik tak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, guru di sekolah dan lingkungan sekitar rumah pun ikut berperan.

Ditulis oleh Admin
Sumber : Media Online (Koran SI/nsa)
Selasa, 29 September 2009

[MENEGPP](kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia)

Pencatatan Kelahiran

Pencatatan kelahiran merupakan hak asasi manusia yang mendasar. Fungsinya yang esensial adalah untuk melindungi hak anak menyangkut identitasnya. Pendaftaran kelahiran menjadi satu mekanisme pencatatan sipil yang efektif karena ada pengakuan eksistensi seseorang secara hukum. Pencatatan ini memungkinkan anak mendapatkan akte kelahiran. Ikatan keluarga si anak pun menjadi jelas. Artinya catatan hidup seseorang dari lahir, perkawinan hingga mati juga menjadi jelas. Bagi pemerintah, akte kelahiran membantu menelusuri statistik demografis, kecenderungan dan kesenjangan kesehatan. Dengan data yang komprehensif maka perencanaan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan serta program pembangunan pun akan lebih akurat. Terutama yang menyangkut kesehatan, pendidikan, perumahan, air, kebersihan dan pekerjaan.

Tetapi di Indonesia akte kelahiran tidak mendapat prioritas pemerintah atau masyarakat secara umum. Rupanya sistem pencatatan sipil di Indonesia yang tidak komprehensif menjadi kendala terbesar yang dihadapi dalam pelaksanaan pasal-pasal dalam UU Perlindungan Anak tahun 2002 mengenai akte kelahiran gratis yang diwajibkan.

Kurang lebih 60 persen anak balita Indonesia tidak memiliki akte kelahiran. Bahkan setengah dari jumlah itu tidak terdaftar di manapun. Kondisi ini memposisikan Indonesia menjadi salah satu negara terendah dalam hal pencatatan sipil dibandingkan negara lainnya.

Selain karena kurangnya pencatatan kelahiran yang komprehensif, birokrasi berbelit-belit dan sistem yang terlalu tersentralisir juga mengakibatkan masyarakat menjadi apatis untuk mencatatkan kelahiran anak mereka. Ada banyak kasus dimana oknum perantara mengambil keuntungan dari mekanisme pencatatan sipil ini. Akibatnya, orang harus membayar uang pelicin pada perantara dengan kisaran Rp100.000 sampai Rp800.000 (sekitar US$10 – US$80) untuk mengurusnya. Jelas ini membebani sebagian besar orang Indonesia. Situasi ini semakin rentan untuk pemalsuan identitas dan umur sehingga rawan terjadinya eksploitasi. Sementara itu, ketiadaan data demografis yang akurat dari pemerintah akan membuat pelaksanaan program kesehatan dan pendidikan, dan tentu bidang lainnya, tidak tepat.

sumber : unicef

Perlindungan Anak

Masih banyak anak-anak Indonesia yang rentan terhadap situasi kekerasan. Kondisi ini menjadi tantangan utama UNICEF dan mitra-mitra lokalnya.
Ada beberapa fakta yang cukup memprihatinkan. Diperkirakan sekitar 60 persen anak balita  Indonesia tidak memiliki akte kelahiran. Lebih dari 3 juta anak terlibat dalam pekerjaan yang berbahaya. Bahkan, sekitar sepertiga pekerja seks komersil berumur kurang dari 18 tahun. Sementara 40.000-70.000 anak lainnya telah menjadi korban eksploitasi seksual. Ditambah lagi sekitar 100.000 wanita dan anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya. Belum lagi 5.000 anak yang ditahan atau dipenjara dimana 84 persen di antaranya ditempatkan di penjara dewasa.
Masalah lain yang tak kalah memprihatinkan adalah pelecehan terhadap anak terutama anak-anak dan wanita yang tinggal di daerah konflik atau daerah bekas bencana. Lebih dari 2.000 anak tidak mempunyai orang tua. Secara psikologis anak-anak itu terganggu sesudah bencana tsunami meluluhlantakkan Aceh dan Sumatra Utara pada 26 Desember 2004 silam.
Seperti halnya anak-anak di belahan dunia lain, anak-anak di Indonesia pun mengalami kekerasan dalam rumah tangga, di jalanan, di sekolah dan di antara teman sebaya mereka. Tapi banyak kasus kekerasan semacam ini tidak terungkap. Atau, hal ini tidak dianggap sebagai kasus kekerasan karena kedua pihak tidak menganggapnya sebagai masalah. Seringkali kekerasan terhadap anak dianggap hal yang lumrah karena secara sosial dipandang sebagai cara pendisiplinan anak. Bahkan di banyak masyarakat, norma sosial dan budaya tidak melindungi atau menghormati anak-anak.
Kasus kekerasan di Indonesia tidak mencuat karena tidak ada laporan resmi. Hal ini terjadi karena lingkungan budaya yang sudah mengakar. Masyarakat tradisional memang tidak mengakui insiden semacam itu. Buruknya penegakan hukum dan korupsi di kalangan penegak hukum juga membuat kasus-kasus kekerasan semacam itu tidak diselidiki. Akibatnya pelaku tindak kekerasan terhadap anak pun bebas dari jeratan hukum.

sumber : unicef

Tanda Anak Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual biasanya menjadi rahasia keluarga yang disimpan rapat. Ada sejumlah situasi yang perlu diperhatikan para orangtua, agar anak terhindar dari kekerasan seksual, di dalam maupun di luar rumahtangga.
Menurut pengamatan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia maupun hasil riset di Barat, pelaku percabulan biasanya adalah orang-orang yang dekat dan dipercaya oleh anak-anak. Data akurat sulit didapat, karena umumnya korban maupun orangtuanya tidak melapor kepada lembaga berwenang.
Ada tipe dan pola yang jelas menyangkut kekerasan seksual terhadap anak-anak ini, baik yang terjadi di dalam maupun di luar keluarga. Dalam buku Human Sexuality terbitan Times Mirror dijelaskan sebagai berikut:
1. Ada perjanjian. Pelaku menjanjikan sesuatu kepada korban. Dalam kasus di Bali itu, anak-anak dijanjikan uang. Sedangkan dalam kasus guru agama, anak-anak ada yang dijanjikan piknik ada pula yang mendapat pelajaran tambahan di rumah.
2. Fase rahasia. “Jangan bilang siapa-siapa!” begitu yang mereka tandaskan kepada anak-anak. Biasanya juga disertai ancaman, sehingga anak-anak takut dan merasa bersalah jika melanggarnya.
3. Tahap penyingkapan. Biasanya terjadi secara tak disengaja, misalnya anak sudah lelah dicabuli lalu berontak, ketahuan anak lain, menderita sakit, atau hamil.
Dengan pola semacam ini, tak heran kalau kekerasan seksual terhadap anak-anak umumnya baru terungkap setelah terjadi berulang-ulang, bahkan bisa bertahun-tahun.
Maka, tanamkan pada anak-anak supaya tidak mudah menerima iming-iming dari orang lain. Kedekatan dan keterbukaan antara anak-orangtua sangat membantu memperkuat ketahanan mental anak.
Efek Jangka Panjang
Bagi para korban kekerasan seksual, apalagi anak-anak, pencabulan itu mendatangkan efek berjangka panjang.
Berbagai studi memperlihatkan, hingga dewasa, anak-anak korban kekerasan seksual biasanya akan memiliki self-esteem (rasa harga diri) rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, kesepian, sulit menjaga membangun hubungan dengan orang lain, dan tidak memiliki minat terhadap seks.
Studi-studi lain bahkan menunjukkan bahwa anak-anak tersebut akhirnya ketika dewasa juga terjerumus ke dalam penggunaan alkohol dan obat terlarang, pelacuran, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak. Kepada sebuah stasiun TV, guru agama itu mengaku pernah menjadi korban kekerasan seksual di masa lalu.
Karena itu anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual berhak dan harus mendapatkan pendampingan dan terapi psikologi. Tujuannya adalah supaya mereka dapat mengatasi beban kejiwaan yang berat itu, atau yang lazim disebut stres pasca trauma.
Bila Ayah Sampai Tega
Kekerasan seksual terhadap anak bisa terjadi di dalam rumahtangga, dan pelakunya adalah orang yang harusnya paling melindungi mereka, yaitu ayah. Mengapa seorang ayah sampai tega melakukannya?
Ada beberapa kesimpulan yang diambil oleh peneliti mengenai kasus incest ini. Incest adalah hubungan seksual yang dilakukan di antara orang-orang yang masih terikat hubungan darah/ keluarga. Bisa ayah-anak, kakak-adik, paman-keponakan dan seterusnya.
1. Incest terjadi dalam keluarga utuh, tapi suami isteri mulai saling kehilangan kontak seksual. Kedekatan ayah-anak bertahap, hingga puncaknya terjadi hubungan seksual.
2. Incest terjadi dalam keluarga yang ibunya memiliki self-esteem rendah, tergantung, tidak memiliki keterampilan emosional dalam mendidik anak, sering dipukuli suami, ibu memaksa anak perempuannya mengambil alih tanggungjawabnya.
3. Ayah yang tega melakukan incest memiliki ciri pribadi patriarki (sangat berkuasa).
4. Anak perempuan memandang ibunya jahat dan tidak adil. Boleh jadi sang ibu pernah mengalami kekerasan seksual dan tak mampu memelihara hubungan seksual dengan suaminya.
5. Ada korelasi positif antara kegemaran minum alkohol dan incest. Berbagai studi menemukan antara 15% - 80% pelaku incest adalah pecandu alkohol, dan biasanya alkohol diminum sebelum melakukan perbuatannya.
Perhatikan Perubahan Perilakunya
Ada sejumlah tanda psikis maupun fisik yang terlihat pada anak-anak korban kekerasan seksual.
Tanda-Tanda Psikis:
-Takut berada sendirian di dekat orang tertentu.
-Mengalami gangguan tidur seperti mimpi buruk, takut masuk kamar, takut tidur sendiri.
-Menjadi senstitif dan gampang marah.
-Lengket dengan orangtuanya.
-Memiliki rasa takut yang sulit dijelaskan.
-Sikapnya berubah terhadap sekolah, teman-teman, maupun saudara kandungnya.
-Sikapnya menjadi lebih kekanak-kanakan (regresi).
-Pengetahuan seksualnya lebih daripada anak sebayanya.
-Takut pulang atau lari dari rumah.
Tanda-Tanda Fisik:
-Sulit duduk maupun berjalan.
-Kelaminnya gatal atau sakit.
-Pakaian dalamnya berdarah, sobek atau bernoda.
-Daerah vagina atau duburnya lecet dan berdarah.
-Menderita penyakit seksual.
-Hamil.


Widya Saraswati
suber : gaya hidup sehat
[KOMPAS]

Siksaan pada Anak Sebabkan Penyimpangan Seks

WASHINGTON  -  Tindak kekerasan apa pun itu bentuknya memang dapat menimbulkan pengaruh negatif.  Kekerasan orang tua kepada anak misalnya, dapat menimbulkan trauma yang mempengaruhi kehidupan di masa dewasanya.

Salah satu bentuk tindak represif yang sering dilakukan di antaranya adalah memukul pantat (spanking).  Memukul pantat sebagai sebuah hukuman fisik secara umum memang masih menjadi perdebatan.  Pertanyaan yang kerap timbul adalah apakah tindakan ini efektif untuk menanamkan kedisiplinan, dan apakah atau pada poin mana tindakan ini dapat disebut sebagai kekerasan pada anak.  

Namun jika kita mau mempertimbangkannya sebagai bentuk kekerasan, tindakan spanking ternyata tak bisa dianggap enteng.  Bukti bahwa hukuman fisik seperti spanking menimbulkan efek negatif pada anak diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan American Psychological Asosiation (APA), Kamis (28/2). 

Hasil riset itu menyebutkan, anak-anak yang mendapat perlakuan kasar dari orang tua seperti hukuman pukul pantat berisiko mengalami penyimpangan atau gangguan seksual ketika dewasa.

Temuan ini merupakan hasil analisis empat riset yang dilakukan oleh Murray Straus, direktur  Family Research Laboratory di Universitas  New Hampshire-Durham.  Salah satu kesimpulannya menyatakan, anak-anak yang orang tuanya sering memukul pantat, menampar, memukul atau melemparkan barang kepada mereka memiliki risiko lebih besar secara fisik atau verbal melakukan pemaksaan seks pada pasangannya, menunjukkan perilaku seks berisiko atau bahkan berbuat  seks masokistik, termasuk merangsang pasangan dengan cara spanking.

"Penyiksaan pada anak dapat meningkatkan peluang terjadinya gangguan masalah seksual, meskipun penyebabnya bisa terpisah-pisah ," kata Straus.

Elizabeth Gershoff,  asisten professor di University of Michigan-Ann Arbor, yang melakukan kajian terhadap sebuah riset  selama 80 tahun tentang spanking pada 2002, dalam buletin American Psychological Association  berpendapat, penelitian yang dilakukan Straus tampaknya yang pertamakali mengkaitkan antara spanking dengan problem seksual.

Gershoff  mengatakan,  meskipun kebanyakan anak-anak pernah mendapat hukuman spanking dari orang tunnya (85% dari sebuah survei  2007), problem yang terjadi akan sangat tergantung dari bagaimana cara anak-anak memproses spanking.

"Mereka mungkin akan menginternalisasi tindakan itu dengan pemahaman bahwa dalam hubungan cinta kasih terkadang ada rasa sakit atau agresi fisik ," ujarnya.

Kemungkinan lainnya adalah memahaminya dengan anggapan "Siapapun yang lebih kuat dan punya kekuasaan dapat menaklukan orang lain dan menggunakan agresi fisik untuk mengendalikan perilaku orang lain."

Sementara itu peneliti seksualitas manusia John DeLamater dari  University of Wisconsin mengatakan bahwa kaitan antara problem seksual dengan spanking merupakan sebuah lompatan besar.

"Ada satu dari banyak elemen yang mungkin saja berkontribusi atas timbulnya  problem seksual atau seks berisiko, namun temuan ini merupakan sebuah langkah besar," katanya.

Straus (81) yang juga profesor sosiologi menegaskan bahwa banyak anak-anak yang mendapat hukuman spanking kemudian bebas dari kerugian jangka panjang.  Ia sendiri mengaku terkadang memukul pantat anaknya  meski kemudian menjadikannya sebagai kritik yang membangun.

Empat analisa studi yang dilakukan Straus rencananya akan dipresentasikan dalam pertemuan APA yang membahas tentang tindak kekerasan dan kekejaman dalam sebuah hubungan di Bethesda.

Dua riset terbaru yang dianalisa Straus meneliti tentang pemaksaan  seksual dan perilaku berisiko di antara 14.252 pelajar mulai 2001 hingga 2006. Riset  yang ketiga yang melibatkan 440 pelajar SMA di New Hampshire, meneliti tentang seks berisiko seperti hubungan seks sebelum menikah tanpa menggunakan kondom.  Riset keempat meneliti  207 pelajar  di Northeast dan  terfokus pada seks masokistik.

Pada setiap kasus , Straus menemukan bahwa mereka yang pernah mengalami hukuman fisik mengalami kecenderungan dan kemungkinan melakukan pemaksaan seks, seks berisiko  atau seks masokistik .

Robert Larzelere dari Oklahoma State University, yang meneliti  metode-metode kedisiplinan orang tua mengatakaan literatur tentang efektivitas spanking untuk memperbaiki perilaku anak masih sangat bervariasi . "Seperti halnya sebuah taktik kedisiplinan, itu tergantung dari bagaimana cara menggunakannya,¨ tegas Larzalere.

AC
suber : us today
[KOMPAS]